Sejarah Desa

Perang Diponegoro di Jawa Tengah pada tahun 1830 berakhir karena siasat licik Belanda, Raden Mas Antawirya atau yang lebih dikenal sebagai Pangeran Diponegoro yang ditangkap oleh Kompeni Belanda dalam suatu perundingan di Magelang. Para pengikut setia Raden Mas Antawirya menyebar keberbagai penjuru jawa setelah mengetahui panutan atau pemimpinnya ditangkap oleh Belanda. Menurut narasumber dari sesepuh Desa Tunjungtirto dan diselaraskan dengan penelusuran oleh tim 7 dengan cara kebatinan dan di bantu dari berbagai sumber. Beberapa pengikut Raden Mas Antawirya menuju ke tiga tempat di daerah Malang Raya yakni: 

1. Wilayah sekitar Gunung Kawi.
2. Wilayah sekitar Gunung Tengger (sekitar kawah gunung Bromo)
3. Wilayah sekitar Gunung Arjuno (sekitar kerajaan Singosari)

Di lereng gunung Arjuno yang masih masuk kawasan kerajaan singosari pengikut dari Pangeran Diponegoro singah dan menetap di wilayah juwono. Hadi Jayadiningrat yang konon katanya beliau adalah orang pertama yang menginjakkan serta membuka hutan dikawasan tersebut dan beliau berasal dari Bintoro daerah Demak yang ada di Jawa Tengah yang menetap di wilayah juwono sehingga beliau lebih dikenal dengan nama pangilan Mbah Juwono.

Mbah juwono memantapkan pilihannya untuk menetap diwilayah tersebut dikarenakan tertarik akan kondisi serta lokasi yang cocok untuk perlindungan dari Belanda karena posisinya berada dilereng Gunung Arjuno dan banyak terdapat gumuk atau bukit serta lereng-lereng alamnya yang indah, terdapat beberapa sumber-sumber mata air, banyak terdapat berbagai macam bungga yang bisa di jadikan obat serta tanahnya yang subur cocok bercocok tanam demi kelanjutan hidup kelompoknya.
Seiring berjalannya waktu dibentuklah semacam banjar-banjar dengan metode pembagian wilayah sesuai dengan penduduk yang berada di masing masing daerah atau wilayah sesuai dengan tempat tinggal dan mengembangkan serta mengolah lahan penamaan wilayah banjar konon antara lain :

1. Wilayah barat dan utara sungai atau gumuk/bukit utara di buka sendiri oleh mbah juwono selanjutnya daerah itu dinamakan Juwono. Kemudian mengembangkan kembali dengan membuka wilayah sebelah Timur dan Selatan sungai atau gumuk/bukit tengah, dan selanjutnya daerah itu dinamakan Bunder Jambean.
2. wilayah selatan atau Gumuk/bukit selatan kemudian wilayah itu dikenal dengan nama Bunder di buka oleh kerabat beliau Artimu’ah.
3. Wilayah Timur atau Gumuk/bukit timur kemudian wilayah itu dikenal dengan Purworejo di buka oleh kerabat beliau Singorejo.

Dalam cerita diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada suatu ikatan atau keterkaitan baik dari segi geografis maupun tokoh yang dinamakan segitiga emas, ada beberapa faktor untuk memperkuat penelitian dan pencarian tim antara lain :
1. Terdapat tiga tokoh tokoh asal berdirinya Tunjungtiro yakni Mbah Juwono (Gambiro) dan Artimu’ah serta Singorejo.
2. terdapat tiga perbukitan yakni Bukit Utara, Bukit Tengah dan Bukit Selatan.
3. Terdapat tiga Sumber mata air besar dan saling berhubungan yakni Sumber Jabal Sari, Sumber Rau dan Sumber Uceng.
4. Adanya tiga kewilayahan awal yakni Bunder, Purworejo dan Kematren.
5. Sebutan tri tunggal (tiga menjadi satu) yang terdiri dari Sultan Hadijayadiningrat, Juwono dan Gambiro yang sebenarnya adalah satu orang yang sama.

Selanjutnya atas kesepakatan tiga tokoh tersebut antara mbah Juwono, Artimuah dan Singorejo untuk mempermudah dalam pemetaan dilakukanlah pembagian- pembagian kewilayahan atau daerah antara lain :
1. Daerah atau wilayah Juwono diperuntukkan sebagai tempat pendidikan dibangunlah suatu padepokan (pesantren) untuk menimba ilmu terutama ilmu bela diri atau olah kanuragan serta tempat mengaji yang diasuh langsung oleh mbah Juwono.
2. Peristiwa terjadinya kesepakatan pembentukan suatu banjar atau sekarang lebih dikenal dengan sebutan desa terjadi pada tahun 1832 silam, bertepatan dengan hari minggu Kliwon tanggal 2 Suro sesuai penangalan jawa yang sampai dengan saat ini dikenal sebagai hari jadi Desa Tunjungtirto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.
3. Nama Tunjungtirto sendiri konon diambil dari salah satu jenis tumbuhan yang banyak dijumpai di masa itu yakni bunga teratai dalam kata lain Tunjung berarti bungga tirto sendiri mempunyai makna bunga sehingga Tunjungtirto mempunyai arti bunga – bungaan yang tumbuh di air.